Rabu, 08 Juni 2011

sepotong kisah 2

***

“aku sayang kamu Sas. Kamu mau ga jadi pacar aku??. .” kata-kata itu yg masih terngiang ditelingaku saat ini. Fikar menyatakan cintanya padaku. Aku menangis. Sedih . kenapa aku harus bekali-kali seperti ini, aku tak sanggup menolaknya, namun tak pantas menerima cintanya. Aku mengutuk diriku sendiri mengapa bayang-bayang Aziz, lelaki yg selama ini aku tunggu tak mampu ku tepis dr hatiku.
“maaf,, tapi ada seseorang yg aku tunggu, Fikar. Aku harap kamu ga kecewa.” Jawabku lemah saat itu..
“oh,, oke kalo gitu, aku ga maksa kamu. Aku tau semua impian-impian kamu tentang dia. Aku Cuma pengen hadir di sisi kamu sebagai pacar, bukan sahabat atau kakak yang selama ini kamu anggap.. Aku pengen meluk kamu pas kamu nangis, cerita tentang lelaki itu. Aku pengen menepis airmata kesedihan kamu pas kamu bilang kamu ga sanggup hidup tanpa dia, walaupun kamu ga tahu dia dimana sekarang. Aku pengen ngelakuin semua itu, tapi aku ga bisa.”
“ ” kosong, aku tak sanggup berkata
“aku sayang kamu, dan akan terus begitu” ujarnya lagi, lalu ia terdiam.

***

Sudah 1 tahun berlalu sejak kejadian itu, Fikar tak pernah lagi terlihat, walaupun kami satu fakultas. Dia selalu menghindar tiap melihatku.. Aku benci keadaan ini. Tapi toh semuanya baik-baik saja. Dan aku tetap bodoh karena menunggu Azis yang tak kunjung nampak hingga saat ini.
Tak terasa kurang dari 6 bulan lagi, aku wisuda. Sarjana kedokteran. Sungguh, betapa penuh perjuangan untuk mendapatkan gelar itu. Dan kini tak terasa sudah didepan mata. Seluruh masalah perkuliahan baik itu ujian maupun skripsi sudah selesai ku urus. Beres.
Malamnya, dirumah.
“nanti temenin ibu ke supermarket ya, Sas. Mau beli keperluan bulanan plus handuk, kasian adik kamu handuknya uda rusak gitu” Tanya Ibuku, saat kami sedang makan malam.
“iya,, pake apa?? Motor atau mobil bu??”
“mobil aja.. entar adik kamu ajak aja. Biar dia milih sekalian.”
“bisa diatuur..” jawabku diplomatis
“aku gak mau ikut bu,, Jian mau dirumah aja main sama Ayah” tolak adikku sopan. Dasar anak bontot, deketnya pasti sama Ayah. Ugh.. awass kau..
“ya udah” jawab Ibuku sabar..

“nanti kamu turunin Ibu didepan pintu utama aja ya?? Ibu mau duluan, ada perlu. Kamu parkir mobil aja dulu gimana??” pertanyaan Ibuku membuatku kaget. KENAPA YA?? Tumben
“iyaa bu. Ga papa Sasi turunin didepan?” tanyaku sambil membelokkan stir kearah kanan. Masuk ke pintu gerbang supermarket.
“Iya gapapa, Sas. Nanti telpon Ibu aja kalo udah selesai parkir” ujar Ibuku sesaat sebelum turun. Aku berhenti di depan pintu utama, membiarkan Ibu turun.
Kemudian aku melaju mobilku lurus, menuju pelataran parkir. Penuh !!! Sial.. gawat nih, Ibu bisa kelamaan nunggunya..
Putus asa, kuputar kembali stir mobil, mencoba menelusuri tempat parkir lebih cermat lagi, Mungkin saja ada yg kosong. Tiba-tiba. Sebuah mobil berhenti tepat didepanku, menekan klaksonnya dengan kuat, menandakan betapa kesalnya denganku ’TIIIIINNNNNNN’. Aku tersentak dari lamunanku yang kesekian kalinya. Bahkan ditempat parkir..
Aku meminta maaf lewat senyuman di kaca depan mobilku. Maaf, seruku dalam hati, sambil menatap si-empunya mobil. Tapi ,, TUNGGU !!! orang itu..
Seseorang yang selama ini aku tunggu, yg tlah hampir 5 tahun menyita perhatianku.
Aziz !!! pekikku dalam hati,

Kamis, 02 Juni 2011

sepotong kisah 1


“ibu kan sudah bilang sayang, kamu jangan mikirin kesana dulu. Focus aja sama kuliah kamu, yah.. Kamu bisa kan?? ” Tanya Ibuku meyakinkan, sekaligus pertanyaan menurutku. *HUFTH* ibu,, maafin Sasi.
“iya bu, insya Allah Sasi bisa. Mohon doanya” jawabku patuh..
***
Dialog singkat antara aku dan Ibu tadi malam sudah cukup membuat hatiku kembali yakin. *SASII kamu pasti bisa* tegasku dalam hati.
Sepele sebenarnya, tapi semua persoalan ini terlalu rumit untuk gadis seusiaku. Untuk kesekian kalinya, aku harus menerima airmata kesedihan dari tiap pria yg mengatakan sayang padaku. Aku tak sanggup untuk menerima mereka, mengingat seseorang yg aku tunggu tak pernah datang untuk menyatakan isi hatinya.. hidup begitu berat . tukasku hampa, letih rasanya.

***

“kamu kapan mau beli buku untuk semester ini ,Sas??” Tanya sohibku Vanya.
“besok aja ya.. gimana? Kita bareng aja Van.” Jawabku.
“okeey,, jam 10 ya..” serunya lagi bersemangat
“siippooo” ujarku tak kalah semangat
Kami akan pergi membeli buku2 kuliah untuk semester ini, semoga lancar . doaku dalam hati.
Alunan music klasik bordering di Hp-ku, pertanda SMS masuk, segera kubuka.
Sas, kamu udah makan belum? Bareng yuk.. blz
                                                                        Sender : Fikar
                                                                                    13.50 WIB
Ahh,, Fikar . seruku dalam hati.. bimbang, jujur aku takut untuk selanjutnya aku harus menolak segala rasa sayang Fikar, walau tak bisa kupungkiri, aku sayang dia. Tapi … entahlah, hatiku masih belum mampu tuk menghilangkan wajah seseoramh yg telah sangat lama kutunggu. Dari SMA hingga sekarang, saat aku sudah menginjak semester  VII di fakultas Kedokteran.
Segera kuketik sms balasan untuk Fikar :

Blm, y ud, aq d’kantin kampus y.. c u there
                                                                                                To : Fikar
                                                                                                14.05 WIB

“kamu uda lama?” tanyanya saat kami sudah berada dikantin sekarang.
“ngga kok, sebentar. Kamu mau pesen apa? Mau ak u pesenin??” tanyaku sopan.. betapa tidak, Fikar adalah sosok yg bijak, dewasa, namun kehadirannya mampu membuat hari-hariku penuh tawa. Dia sudah kuanggap lebih dari kakakku sendiri. Andai,, aku bisa sayang kamu.. keluhku dalam hati
“aku ikut kamu aja pesennya, key. Tar  habis makan ikut aku yaa.. ” pintanya sopan..
“kemana??” penasaran
“hmm,, somewhere place ” serunya dengan mata berbinar,, Ahh. Andai saja aku mampu menikmati mata indah itu beserta senyum yg tiap hari kau persembahkan untukku.
“oke,, tp jgn malam-malam ya. Aku ada urusan dirumah”
“siip”